
Saat ini terjadi fenomena merebaknya penjualan pupuk “palsu”.
Hingga muncul istilah, “Apapun merek yang Anda butuhkan, kami bisa sediakan
kemasannya”. Lalu mengapa fenomena ini bisa terjadi?
Seorang distributor pupuk besar menjelaskan beberapa
alasannya. Salah satunya, karena banyaknya produsen yang silau dengan keuntungan
yang besar dari pasar pupuk, namun ingin meraihnya dengan cara cepat.
“Ini kembali lagi ke mindset dari pengusaha Indonesia.
Ingin mendapatkan profil dengan cara mudah dan instant. Hal ini menciptakan praktek-praktek
bisnis yang kotor, ini tidak hanya terjadi di pupuk, tapi juga di pemasaran
produk lain seperti obat pertanian, alat dan mesin bahkan terjadi juga di penjualan
pertamax. Ini juga tidak lepas dari rendahnya pengawasan pemerintah”, jelasnya.
Padahal dengan memproduksi pupuk berkualitas, dengan pasar
yang begitu luas, dipastikan akan meraup keuntungan. Dengan fokus pada pasar spesifik,
produk yang sesuai dan pendekatan yang efektif, ia memperkirakan produsen pupuk
pemula seharusnya bisa mendapatkan order setidaknya 100.000 ton/tahun. Apalagi untuk
perkebunan saja kebutuhan pupuknya bisa mencapai 15 juta setiap tahunnya.
Selain itu banyak pengusaha memilih terjun ke bisnis ini
tidak memahami karakter usahanya. “Bisnis pupuk itu memerlukan investasi awal
yang besar, mulai dari perizinan, promosi dan demplot. Namun dengan market yang
luar biasa, pengembalian modal akan sangat cepat. Hanya saja banyak pemain pemula
yang ingin keuntungan sekali pukul dan enggan focus pada kebelanjutan usaha”,
jelas mitra Pupuk Indonesia tersebut yang enggan disebut namanya.




